FENOMENA HUJAN: STUDI KASUS AIR MATA PENGANTIN
Tak terasa tahun 2024 akan segera berakhir. Waktunya melakukan tradisi tahunan, yaitu mengevaluasi diri sejauh mana progress kehidupan ini telah berjalan. Berbagai pertanyaan-pertanyaanpun muncul. Apakah aku sudah berguna sebagai manusia? Apakah dunia masih baik-baik saja? Apakah aku sudah berbakti dengan kedua orangtuaku? Apakah aku sudah berusaha semaksimal mungkin tahun ini? Saldoku masih berapa ya, cukupkan untuk memenuhi kebutuhan hidup? Ada info beasiswa lagi ngga ya tahun depan?
Hujan keresahan memenuhi atmosfer ruangan kamar kos yang sempit. Angin dingin masuk tanpa permisi dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Membawa kabar dari langit yang meneteskan air mata kerinduannya dengan sang bumi. Jarak antar mereka memang tidak jauh,namun takdir berkata lain. Konon jika langit dan bumi bersatu akan terjadi bencana dahsyat yang dapat menghapus seluruh kehidupan. Dinosaurus dinosaurus mulai bertaburan bertajuk bintang melintas nalar tak sampai di ujung ingatan.
Dari mana bau tak sedap ini datang. Baunya seperti bejana besi yang terlalu lama dipanasi. Sedikit demi sedikit kesadaranku muncul. Suasana gelap disekelilingku berubah menjadi terang. Gelap lagi, kemudian terang lagi. Kejadiannya begitu cepat, mungkin secepat cahaya yang melaju 300.000 km per detik dengan membawa energi secuil konstanta plack dan menyebar diantara ruang hampa. Fenomena ini sejalan dengan kelopak mata yang menutup dan membuka kembali. Mataku mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar. Dibagian pinggir mata masih terdapat bekas kelenjar mengering mendingin.
Reflek tangan kananku bergerak keatas, ke kanan, ke bawah, ke kiri, menuju segala arah mencari ponsel untuk melihat waktu. Lemah sekali gerakan tanganku bak lakon wayang orang yang tampil di sriwedari setiap malam hari. Dimana ponselku? Ku coba merogoh di balik bantal bermotif bunga Sakura dan menemukan ponselku sudah panas karena dihimpit bahan isolator. Sebenarnya menaruh ponsel di atas kasur adalah kebiasan buruk yang sejak lama coba kuhilangkan. Bahaya radiasi bagi tubuh serta berpotensi memicu kebakaran dari panas ponsel bukan hipotesis semata.
Layar ponsel menyala dan menunjukkan angka 03.12 AM. Daerah di tengkuk leher terasa kaku menjalar keatas kepala disertai pening ringan. Sekujur badanku pegal-pegal ditambah angin yang meresap dingin melalui pori pori kulit. Sejenak kucoba mengingat ingat kejadian kemarin. Kupandang atap kamar kos yang menjamur semakin kelabu seiring sel-sel kelabuku mengumpulkan jaringan-jaringan disekitarnya dan membentuk sebuah gambaran ingatan. Sebuah memori yang tidak akan pernah terlupakan
Singkat cerita untuk memenuhi tugas mata kuliah kewiausahaab islam, para mahasiswa diperkenankan untuk mengasah soft skill dalam berjualan dan berkomunikasi di masyarakat nyata. Setelah berunding, anggota kelas sepakat untuk berjualan pada hari minggu , hari car free day (cfd). Aku dan dua temanku sebagai kelompok 2 memilih cfd kartasura dengan pertimbangan lebih dekat supaya membawa perlengkapaanya juga mudah. H-1 sebelum berjualan segala bahan-bahan dibeli dan dipersiapkan.
Produk yang kami jajakan Bernama es air mata pengantin. Minuman khas dari Negeri Riau memiliki makna kebahagian seorang pengantin hingga air matanya tidak bisa dibendung. Bukankah kebahagiaan itu harus diungkapkan dan disebarkan, bukan dipendam untuk diri sendiri. Suatu ide cemerelang memperkenalkan minuman ini ke khalayak masyarakat. Bahan-bahannya juga mudah didapat yaitu sirup,nutrijel, serta biji selasih. Rasanya menjadi semakin manis ditambahkan gula pasir semanis senyuman kehidupan.
Hari minggu pagi disambut dengan mendung yang mengantung asa para pencari nafkah. Stand sudah dipersiapkan di teras salah satu toko pengarjin kayu. Meja lipat seharga 40.000 yang dibayar patungan dengan kelompok lain didirikan. Segala perlengkapan dipersiapkan, galon mineral,karung es batu, drink jar, wadah wadah toples dibuka, cup es yang ditempel stiker logo produk dikeluarkan dari kantung kresek yang dibawa dari kos. Ada tiga kelompok lain yang bersama kami. Sedangkan sisanya menyebar di Lokasi lain , di cfd slamet riyadi solo dan cfd colomadu. Pedagang lain disekitar kami juga sedang mempersiapkan diri menyambut rezeki. Samping stand kami ada seorang pemuda berjualan ikan hias kecil dibungkus plastic bening. Ternyata dia mahasiswa UIN seangkatan dengan kami. Senangnya mempunyai kenalan baru.
Waktu berlalu ,jalanan cfd mulai dipadati orang-orang. Ada yang berolahraga lari lari kecil, bersepeda, ada yang senam, ada yang foto-foto dengan kamera hitam sonic yang mengalng disekitar leher, ada yang sekedar ke cfd membeli jajanan. Begitu banyak pedagang merentang dari pertigaan gapura masuk kartasura hingga pom bensin depan gavin masih jauh lagi sampai perempatan alfamaret. Sepetik kebijaksanaan terukir dimana nilai nlai kerja keras,semangat tanpa menyerah dipertontonkan di barisan manusia ini. Mereka mencoba untuk memberikan usaha dan keahlian yang mereka miliki kepada oranglain dan diturkanan dengan secarik kertas.
Matahari meninggi. Padatan orang menghilang digantikan kendaraan-kendaraan penghasil karbon monoksida. Kami pulang dengan membawa uang tak seberapa dibandingkan pengalaman yang dilalui hari ini. Barang dibereskan dan siap dibawa kembali ke pemiliknya yang sebenarnya. Dengan motor beat milikku, Drink jar yang disewa dari FRESH di taruh pangkuan depanku (seperti sedang membonceng anak kecil), galon mineral ditempatkan di kolong pijakan kaki dibawah, sisa cup esteh dan bahan bahan lain dimasukkan kresek dan digantung dicantolan motor, es batu yang tersisa dipangku dibelakang diapit bersama temanku. Sedangkan meja dibawa oleh kelompok lain
Menjelang sore hari, giliran meja dikemballikan ke pemiliknya yang sebenarnya di daerah solo raya. Aku dan salah satu anggota kelompok lain sepakat mengembalikan bersama dengan memakai motorku. Dengan formasi pemain 1-1-1, aku didepan mengendalikan motor ,mejanya terhimpit ditengah dalam posisi vertikal,dan temanku dibelakang sebagai penjaga agar mejanya tidak jatuh. Sayangnya strategi ini agak sedikit terhambat dikarenakan angin yang menyerang dari depan menjadikan keseimbangan terhuyung berat sebelah.
Hujan kembali mengguyur Surakarta. Dibekali mantel kresek dan perubahan formasi dari meja posisi vertical menjadi horizontal kami melibas genangan jalanan slamet riyadi. Perjalanan pulang kami hujan tambah deras. Matahari sudah bersembunyi namun pengantinnya tidak terlihat. Tertutup oleh tetesan tetesan kerinduan sang langit. Ini akan selalu menjadikanku pengingat bahwa dibawah hujan deras ini, selalu ada sosok pahlawan penunggang hujan yang tak kenal lelah berjuang mencari sesuap nasi demi bertemu dengan keluarga yang menunggunya kembali di rumah yang hangat dan nyaman.
Sambil mendengarkan lagu juicy luicy di earphon wireless yang kupasang di salah satu telinga. Kupandang jalanan didepan. Basah dan dingin. Menunggu lampu merah, istirahat sejenak dari gemuruh kehidupan. Mengumpulkan semangat lagi untuk siap menyambut hangatnya masa depan. Sekian dan maaf kalau kepanjangan terima kasihhhh...
Nama: Syahid sabigh a
NIM: 225221047
Kelas: Aks 5b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar