HOW THE “MOCHIZ” BUSINESS EXISTS DAN RUNS?
Oleh: Sofia Eka Purwanti (225221030)
Kami
yang terdiri dari Dania Isnaina, Harisma Hindra Amirudin, dan Sofia Eka
Purwanti adalah mahasiswa semester lima di Universitas UIN Raden Mas Said
Surakarta yang sedang disibukkan dengan tugas yang cukup banyak. Di tengah
kesibukan kami, ada tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kwirausahaan
Islam untuk menulis proposal bisnis dan memulai usaha kecil-kecilan. Awalnya
kami bingung dan ragu, karena kami belum punya pengalaman menjadi wirausaha.
Bagaimana kami yang masih berstatus mahasiswa bisa memulai bisnis, namun setelah
membicarakannya kami termotivasi untuk mecobanya,
Kami
menghabiskan beberapa pertemuan untuk bertukar ide dan konsep. Setelah beberapa
kali diskusi, kelompok kami mendapatkan ide untuk memulai sebuah bisnis di
bidang pangan berbentuk kue mochi bernama MOCHIZ. Ide untuk membuat mochi
sebagai produk bisnis muncul secara kebetulan saat sesi brainstorming dan
setelah melihat video rekomendasi di sosial media. Kue ini berbahan dasar
tepung ketan yang mudah didapat di pasar dan supermarket, sehingga kami yakin
proses pembuatannya tidak memakan banyak waktu dan sangat mudah dalam pembuatannya.
Ada
berbagai tahapan dalam memulai bisnis mochi ini. Berikut langkah-langkah yang
kami ambil untuk membuat produk ini:
PERSIAPAN
Langkah
awal bisnis ini adalah dengan memutuskan produk apa yang akan dijual, dengan
mempertimbangkan tujuan produk. Pada akhirnya kami sepakat dan memutuskan untuk
mengembangkan produk pangan tersebut karena memiliki pasar yang luas dan
diminati oleh semua kalangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Awalnya kami
ingin menjual produk makanan yang sederhana dan praktis dan mencari beberapa
produk di media sosial seperti Instagram, Youtube, dan Tiktok. Setelah mencari
beberapa produk, pertama kami memutuskan ingin salad buah. Produk salad buah
ini membutuhkan sedikit bahan untuk pembuatannya dan tidak memerlukan banyak
modal, sehingga dapat dijual dengan keuntungan yang cukup besar. Namun ada juga
risiko yang kami pertimbangkan, yaitu produk tersebut harus dibuat dalam waktu
itu juga. Dalam artian produk tersebut tidak bisa di stock sebelumnya.
Kami
juga mencari beberapa makanan lain untuk mendapatkan produk dengan inovasi baru
terkait produk yang akan kami pilih. Kami mencari produk makanan yang sangat
mudah disiapkan, bahan-bahannya mudah disiapkan, terjangkau dan bisa dinikmati
oleh banyak kalangan. Selanjutnya mengumpulkan atau menyiapkan modal, bahan,
dan alat yang diperlukan untuk pembuatan produk tersebut. Saat menentukan
target pasar, kami mendasarkan keputusan pada kriteria pembeli tertentu. Kami
melakukan ini karena target pasar yang berbeda memerlukan pendekatan yang
sangat berbeda. Kunci keberhasilan pemasaran adalah mengidentifikasi target
pelanggan perusahaan. Selanjutnya pikirkan nama produk yang ingin digunakan.
Kami juga perlu memastikan bahwa tidak ada orang yang menggunakan nama yang
digunakan secara komersial. Setelah mempertimbangkan nama produk mochi, kami
menemukan kata MOCHIZ yang berasal dari singkatan mochi dan delizious. Harapan
kami, mochi tersebut bisa menarik banyak minat konsumen dari segi rasa,
kualitas, dan harga. Berikut adalah logo dari produk kami:
Logo
tersebut mengalami beberapa pertimbangan yang pada akhirnya kami memilih logo
tersebut dengan bahan kertas dengan warna yang cerah. Warna yang cerah menurut
kami melambangkan kebahagiaan serta sesuatu yang menarik. Harapan kami, dengan
logo tersebut pembeli dapat tertarik dan bahagia setelah mencoba produk mochi
kami.
PERCOBAAN
DAN PRODUKSI
Sebelum
mencoba membuat produk, kami menonton tutorial di YouTube dan TikTok tentang
cara membuat mochi untuk memastikan hasil yang enak. Setelah melihat video,
kami memutuskan untuk mengikuti langkah-langkah yang ditunjukkan. Namun, pada
percobaan pertama, mochi yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Hal ini
disebabkan oleh adonan yang terlalu lembek dan whipped cream yang mengandung
terlalu banyak air, sehingga cepat mencair dan membuat bentuk mochi tidak
sempurna. Setelah mengalami kegagalan tersebut, kami merencanakan solusi untuk
memperbaiki adonan agar lebih sesuai dan memiliki bentuk yang baik.
Kami melakukan penyesuaian pada metode
pembuatan adonan agar produk yang dihasilkan lebih baik. Di hari berikutnya,
kami menemukan beberapa cara untuk mengatasi adonan yang lembek. Kami mengubah
perbandingan tepung maizena dan tepung ketan dari 1:6 menjadi 1:4, memastikan
adonan sudah dingin sebelum dibentuk, dan melakukan pengulenan adonan lebih
lama agar menjadi kalis. Selain itu, kami mengurangi jumlah air dalam pembuatan
whipped cream agar tidak cepat mencair. Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa
adonan tidak lagi lembek, bentuk mochi lebih baik, dan whipped cream menjadi
lebih padat.
Pembelian
bahan-bahan yang digunakan dalam produksi mochi melalui media online dan offline. Kelebihan media
online melalui aplikasi shopee dikarenakan harga yang lebih murah dan produk
tersebut dirasa aman jika dibeli melalui online seperti wipped cream, wadah,
dan sticker. Sedangkan, untuk media offline kami membeli bahan-bahan yang rawan
dalam proses pengiriman online seperti buah strawberry, gula, tepung, dan
bahan-bahan lainnya. Kami mempertimbangkan tentang kualitas barang yang akan
digunakan dalam proses pembuatan mochi. Alasan utama dari hal tersebut karena
kualitas dari bahan mempengaruhi hasil dan mochi yang kami buat.
PEMASARAN
PRODUK
Strategi
pemasaran produk kami meliputi promosi melalui media sosial seperti WhatsApp
dan Instagram dengan menggunakan pamflet yang menarik perhatian pelanggan. Kami
merancang pamflet yang menarik untuk meningkatkan minat beli. Selain itu, kami
juga menawarkan produk secara langsung kepada teman, tetangga, dan kerabat. Penerimaan
pesanan berlangsung selama tiga hari, di mana kami membuka pre-order dari hari
Kamis hingga Sabtu. Produksi pesanan dilakukan pada hari Sabtu dan distribusi
dilakukan pada hari Senin.
Karena
target pasar kami sebagian besar anak muda, kami memilih kemasan yang menarik
untuk menarik perhatian konsumen. Kami juga menambahkan stiker logo pada
kemasan. Kami menggunakan dua jenis kemasan; untuk produksi pertama, kami
menggunakan kemasan bulat, tetapi karena ukuran tersebut dianggap terlalu
besar, kami menggantinya dengan kemasan kotak yang lebih kecil. Pada pemasaran
produk kedua, kami juga mengadakan promo pada hari Jumat, dengan mengurangi
harga produk dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.000. Strategi ini terbukti efektif
dalam menarik perhatian pelanggan dan meningkatkan minat beli terhadap produk
kami.
Dalam hal
pemesanan produk, kami menggunakan sistem pre-order. Kami menyebarluaskan
pamflet secara online melalui media sosial seperti WhatsApp dan Instagram untuk
menjangkau pasar yang lebih luas. Kami juga menawarkan produk secara langsung
kepada teman, tetangga, dan kerabat. Dengan sistem pre-order, kami dapat
memproduksi sesuai dengan jumlah pesanan yang diterima. Sistem pre-order
menguntungkan kami, karena bahan produk kami yang tidak tahan lama sehingga
tidak membuang bahan. Produksi massal dimulai sejak pre-order pertama, dan
pemasaran kami dianggap cukup berhasil karena penjualan melebihi target yang
telah ditetapkan.
EVALUASI
DAN TANTANGAN
Di
waktu menjalankan bisnis kami, kami menghadapi berbagai tantangan, seperti
keterbatasan waktu akibat kesibukan kuliah dan masalah dengan produk yang tidak
tahan lama. Pada produksi pertama, terdapat beberapa kekurangan yang membuat
produk tidak memenuhi harapan kami, sehingga diperlukan perubahan untuk
produksi kedua. Salah satu masalahnya adalah adonan mochi yang kurang kalis dan
masih lengket. Hal ini menjadi evaluasi penting dalam usaha kami, karena
berdampak pada rasa dan bentuk mochi.
Usaha kami
masih berada di tahap awal, sehingga kami belum mendapatkan keuntungan yang
signifikan, tetapi kami berhasil menutupi biaya operasional. Kami juga telah
mengelola biaya produksi dengan hati-hati. Total modal yang kami keluarkan
selama operasional adalah Rp105.000. Pada penjualan pertama, kami berhasil
menjual 40 pcs dengan harga per produk Rp 4.000. Untuk penjualan kedua dan
ketiga, kami menjual 50 pcs dengan harga promo Rp 3.000. Secara total dari ke 3
PO, kami berhasil menjual 90 pcs kue mochi.
Pengalaman
memulai usaha ini memberikan banyak pelajaran bagi kami, seperti pentingnya
kerjasama, ketekunan, dan kreativitas dalam berbisnis. Kami juga belajar
bagaimana mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan. Melalui wirausaha
ini, kami menyadari bahwa menjalankan usaha tidaklah mudah, mengingat banyaknya
tantangan yang harus dihadapi dan cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar