NAPAK TILAS KEWIRAUSAHAAN ISLAMI
"DUO SERBA BISA"
PROSES
PERUMUSAN IDE BISNIS
Perjalanan usaha Duo Serba Bisa dimulai pada masa perkuliahan
semester 5 dengan mata kuliah Kewirausahaan Islami yang diampu oleh Ibu Sri
Haryanti, S.E., M.M. Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah umum yang
ditempuh mahasiswa program studi akuntansi syariah. Dalam salah satu materi
pembelajaran, ibu Sri Haryanti memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat
business plan atau rancangan bisnis. Tidak hanya dalam bentuk tulisan paper,
rancangan bisnis tersebut harus diimplementasikan oleh mahasiswa secara
berkelompok. Dalam penugasan tersebut, kami mendapat bagian kelompok 7 dengan 3
orang anggota, yaitu Salza Rosita Utami, Fifi Sisilia, dan Tariska Eka Putri.
Proses pengembangan business plan kami mulai dengan membuat grup
What’sApp sebagai media untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi terkait
produk apa yang nantinya akan kami pasarkan. Setelah diskusi panjang dan dengan
berbagai pertimbangan, pilihan kami jatuh kepada produk Es Oyen dan snack
Basreng (Bakso Goreng). Pemilihan produk tersebut dilatar belakangi karena
salah satu anggota kelompok kami, yaitu Salza yang merupakan orang Magetan
sering membeli Es Oyen ketika pulang ke rumah. Namun, produk tersebut belum
banyak dijual di wilayah Kartasura dan sekitarnya. Alasan tersebut yang mendasari
kami memilih produk Es Oyen sebagai produk utama kami.
Selain itu, kami juga memasarkan produk basreng sebagai produk
pendamping dari produk utama. Basreng dipilih karena dari beberapa teman kami
menyukai makanan ringan dengan cita rasa pedas sehingga cocok dipadukan dengan
Es Oyen yang cenderung memiliki rasa manis. Dengan dipilihnya dua produk
tersebut, muncullah ide untuk nama brand kami yaitu Duo Serba Bisa yang
diartikan sebagai dua produk yang bisa menjadi teman santai, teman ngobrol,
bisa menghilangkan dahaga, bisa menjadi teman makan, dll.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TAHAP UJI COBA
Setelah kami sepakat untuk mengambil dua produk tersebut, beberapa
hari kemudian kami melakukan uji coba untuk produk es oyen guna mencari cita
rata yang sesuai dengan selera konsumen. Kami mulai mencari bahan baku yang
terdiri dari buah alpukat, kelapa, sagu mutiara, air gula, susu kental manis,
dan es batu di sekitar wilayah Kartasura, seperti di pasar Kartasura, toko kue,
dsb. Setelah semua bahan terkumpul, kami langsung membuat es oyen dan langsung
mencicipinya. Dari hasil percobaan kami merasa ada hal yang kurang dari rasa
yang dihasilkan. Kemudian kami mencoba untuk menambahi atau mengurangi
bahan-bahan tersebut sampai menemukan rasa yang pas.
PEMANTAPAN IDE
DAN STRATEGI BISNIS
Dari berbagai ide dan perjalanan menemukan rasa yang pas, kami
mulai menyusun strategi bisnis. Penyusunan dimulai dengan merumuskan latar
belakang, visi, misi, dan struktur organisasi agar jalannya usaha dapat
dikontrol dengan baik. Usaha ini lebih berfokus pada pengenalan minuman yang
berasal dari Bandung yaitu Es Oyen agar lebih dikenal masyarakat, terutama di
wilayah Kartasura. Melalui visi usaha kami yaitu menjadi pilihan utama
masyarakat sebagai minuman dan camilan yang segar, lezat, dan berkualitas dengan
komitmen inovasi, kebersihan, dan pelayanan yang terbaik.
Untuk mendukung terealisasinya visi tersebut, beberapa misi yang
kami lakukan diantaranya sebagai berikut.
a. Menyediakan produk yang berkualitas
Menggunakan
bahan-bahan alami yang segar, higienis, dan menjamin produk aman sehingga mampu
memenuhi keinginan konsumen dari berbagai kalangan
b. Berinovasi secara berkala
Menciptakan
varian baru yang sesuai dengan keinginan pasar, sehingga mampu memenuhi
keinginan konsumen dari berbagai kalangan
c. Mengutamakan kepuasan pelanggan
Melakukan
pelayanan yang ramah, cepat, dan profesional, baik untuk pembeli melalui pre-order
maupun pembelian di tempat
d. Memperluas pasar
Melakukan
strategi pemasaran yang efektif, baik secara online maupun offline, untuk
menjangkau lebih banyak konsumen
Struktur organisasi untuk mengontrol usaha ini meliputi
beberapa penanggung jawab, yaitu penanggung jawab utama yaitu Fifi Sisilia,
penanggung jawab keuangan dipegang oleh Tariska Eka Putri, penanggung jawab
produksi dipegang oleh Salza Rosita Utami, dan penanggung jawab pemasaran
dipegang oleh seluruuh anggota kelompok.
Setelah penyusunan hal-hal tersebut,
kami selanjutnya mendiskusikan terkait supplier bahan baku, lokasi produksi,
kemasan, dan beberapa hal lain. Diskusi tersebut sedikit menguras pikiran
karena memang kami bukan masyarakat asli Kartasura dan sekitarnya, sehingga
kesulitan dalam menentukan supplier bahan baku terutama buah alpukat dan kelapa
muda. Kami berusaha mencari informasi melalui berbagai media, termasuk maps
untuk mencari supplier bahan baku. Selain itu, kami juga berusaha bertanya
kepada orang tua kami untuk mencari supplier buah alpukat dan kelapa muda.
Sampai akhirnya, orang tua dari Tariska mengetahui informasi mengenai pedagang
buah alpukat dan kami menjadikan pedagang tersebut sebagai supplier buah
alpukat.
Selain itu, untuk buah kelapa
awalnya kami membeli dari salah satu keluarga Fifi yang memang berjualan kelapa
muda. Namun, karena di rasa kurang memuaskan, kami mencari supplier kelapa lain
lewat google maps dan mendapatkan pedagang kelapa muda di daerah Sondakan,
Laweyan. Tetapi setelah ditelusuri kami menilai lokasinya terlalu jauh. Pada
akhirnya kami menemukan supplier kelapa muda di Kartasura dan menjadi supplier
tetap kami. Kemudian dalam hal lokasi produksi kami memilih kost dari Salza
sebagai tempat produksi karena lokasi yang dekat dengan kampus dan memudahkan
untuk pengantaran ketika ada pesanan yang memang di dominasi mahasiswa/i UIN
Raden Mas Said Surakarta. Dalam hal kemasan, kami menggunakan cup ukuran 16 oz,
sendok es, dan kantong plastik untuk es oyen. Untuk basreng awalnya kami
bingung mau memakai standing pouch atau plastik klip. Dan akhirnya kami memakai
plastik klip dengan pertimbangan harga plastik klip lebih terjangkau dan bisa
membuat isi basreng lebih banyak dibanding memakai standing pouch.
Dalam berbisnis, harga produk
menjadi hal yang krusial karena sangat berdampak pada niat pembeli untuk
membeli produk tersebut. Dari beberapa pedagang es oyen, rata-rata es oyen
dijual dengan harga kisaran Rp 7.000 – Rp 10.000. Dengan mempertimbangkan hasil
estimasi perhitungan biaya yang dikeluarkan, kami sepakat untuk menjual es oyen
di harga Rp 7.000 per cup. Demikian pula dengan produk basreng, estimasi
perhitungan dengan tambahan laba yang kami inginkan menghasilkan harga Rp 4.500
per kemasan. Sistem pemasaran yang kami gunakan adalah sistem pre-order
untuk produk es oyen dan sistem konsinyasi di beberapa unit usaha kampus untuk
produk basreng. Sistem pembayaran dilakukan dengan COD dan melalui e-wallet
yang terhubung dengan salah satu anggota kami yaitu Salza.
REALISASI
IDE BISNIS
Setelah berbagai hal dilalui, kami
mulai merealisasikan bisnis tersebut. Tariska bertugas untuk membuat logo
bisnis dan beberapa poster yang digunakan untuk memperkenalkan produk kami ke
konsumen. Kami mulai membagikan poster pre-order untuk mempromosikan
produk kami dengan jangka waktu sekitar 4-5 hari pemesanan. Kami biasanya menginformasikan
kepada konsumen bahwa produk es oyen ready satu kali dalam seminggu setiap hari
rabu atau jum’at. Karena bahan-bahan es oyen termasuk bahan yang tidak tahan
lama, kami selalu mempersiapkan bahan baku di hari produk ready. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas bahan baku yang akan berdampak pada kualitas
es oyen yang dihasilkan. Dalam proses menyiapkan pesanan, kami berbagi tugas
dimana Salza bertugas untuk menyajikan es oyen, Tariska membantu dalam
pengemasan, dan Fifi bertugas untuk mengantarkan pesanan ke konsumen. Kami
biasanya akan berkomunikasi melalui What’sApp kepada konsumen mengenai jam
pengantaran dan titip pengambilan es oyen. Tidak lupa juga setiap proses yang
kami lakukan akan di dokumentasikan baik dalam bentuk foto maupun video.
Untuk produk basreng, Salza bertugas
untuk memesan basreng yang sudah jadi melalui e-commerce yang kemudian
dikemas dalam plastik opp dengan berat ± 100 gram. Sebagai langkah awal, kami
bermitra dengan Febi One Mart dengan sistem konsinyasi. Harga basreng dari kami
sebesar Rp 4.500 per kemasan dan FOM mengambil laba Rp 1.000, sehingga basreng
kami dijual dengan harga Rp 5.500. Awalnya kami hanya menyetorkan sekitar 12
kemasan. Baru beberapa hari setelah produk masuk, basreng kami terjual habis.
Melihat antusiasme konsumen terhadap produk basreng yang kami jual, akhirnya
kami menambah setoran menjadi 24 kemasan. Kami biasanya mengambil hasil basreng
setiap hari senin. Ketika masih ada basreng yang belum terjual, biasanya kami
tambahkan ke setoran selanjutnya untuk didisplay kembali di FOM.
Beberapa waktu kemudian, Fifi salah
satu anggota kami mendapatkan informasi bahwa di Said Mart menerima produk
dengan sistem konsinyasi. Kami melihat peluang tersebut karena Said Mart
memiliki jangkauan konsumen yang lebih luas tidak hanya di kalangan mahasiswa
FEBI saja tetapi juga mahasiswa dari berbagai fakultas. Akhirnya kami menambah
mitra kami dengan menyetorkan basreng ke Said Mart dengan setoran awal sebanyak
24 kemasan basreng. Dan alhamdulillah nya, produk basreng kami mendapat respon
positif dari konsumen. Bahkan dari penuturan staff di Said Mart beberapa
pelanggan sering menanyakan produk basreng kami ketika belum menyetorkan lagi.
Ini menjadi salah satu motivasi untuk kami agar bisa semangat untuk
menghadirkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan konsumen.
EVALUASI
BISNIS
Menjalankan sebuah bisnis atau usaha
tidak lepas dari berbagai lika-liku dan naik-turun usaha. Dalam menjalankan
bisnis ini, kami menemui beberapa tantangan dan hambatan yang kami jadikan
sebagai bahan evaluasi untuk keberlanjutan usaha. Proses evaluasi bisnis sangat
diperlukan untuk mengetahui bagaimana operasional bisnis apakah berjalan dengan
baik atau masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi. Sebagai pebisnis
pemula yang baru merintis, pengalaman ini menjadi sebuah pembelajaran yang
berharga bagi kami. Dengan berbagai persiapan sampai realisasi bisnis yang kami
lakukan tentunya tidak luput dari hal-hal yang dirasa kurang dan perlu
perbaikan.
Evaluasi pertama yang menjadi
perhatian utama kami adalah mengenai kebersihan ketika proses produksi. Pada pre-order
pertama kami luput dan kurang memperhatikan kebersihan sehingga ada salah satu
konsumen yang komplain terkait kebersihan produk melalui Wha’sApp. Hal itu
menjadi reminder yang besar bagi usaha kami dan untuk mengatasi hal tersebut
kami langsung menyiapkan berbagai perlengkapan untuk menjaga kebersihan
produksi. Selain itu, dari segi strategi pemasaran kami merasa sistem pre-order
kurang cocok untuk produk es oyen. Hal ini karena ketika konsumen menginginkan
es oyen harus menunggu sampai tanggal ready.
Evaluasi selanjutnya mengenai
konsistensi rasa produk es oyen. Rasa menjadi poin utama untuk produk seperti
makanan atau minuman. Karena kurangnya peralatan yang memadai terkadang kami
menyajikan secara insting tidak memakai takaran sehingga mengurangi konsistensi
rasa yang dihasilkan. Selain itu, belum adnya outlet offline juga menjadi
evaluasi dalam usaha kami. Karena kurangnya peralatan menjadi kendala kami
untuk memperluas jangkauan pemasaran. Beberapa evaluasi tersebut menjadi bahan
berharga untuk keberlanjutan usaha kami kedepannya. Kami berkomitmen untuk bisa
melanjutkan usaha ini sebagai media untuk mengembangkan kewirausahaan yang kami
miliki dan sebagai bekal untuk mempersiapkan diri memasuki dunia wirausaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar