Mengoptimalkan Keragaman SDM Untuk Dunia Kerja Yang Lebih Inklusif

                                                               Oleh : Aditiya Dwi Handoko

        Sumber daya manusia (SDM) merupakan sebuah potensi yang dimiliki semua orang sebagai makhluk sosial untuk mencapai sesuatu dalam kehidupan. Alternatifnya, sumber daya manusia adalah kemampuan berpikir dan bertindak yang dimiliki individu, dipengaruhi oleh genetika dan lingkungannya, serta bekerja berdasarkan keinginan untuk mencapai kepuasan diri (Alfifto, 2021). Sumber daya manusia adalah aset yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan dan mencapai tujuan. Jika sumber daya manusia suatu perusahaan dikendalikan melalui pengelolaan sumber daya manusia yang baik maka tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai. Namun sebaliknya, jika pengelolaan sumber daya manusia tidak dilakukan dengan baik maka suatu perusahaan akan sulit mencapai tujuannya (Shofi Hidayatullah, 2020). Manusia merupakan penggerak dan pengelola faktor produksi lainnya seperti modal, bahan baku, dan peralatan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam perkembangan suatu perusahaan, sumber daya manusia merupakan bagian terpenting bagi keberhasilan suatu perusahaan. Manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan manusia sebagai pekerja secara manusiawi agar potensi fisik dan psikisnya dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2017). Hal lain ada pada keragaman (Diversity), mengetahui seberapa penting dan bagaimana perkembangan sumber daya manusia dalam era globalisasi merupakan hal yang krusial dan dapat memberikan indikasi pentingnya mengelola keragaman (Diversity). Keragaman dan globalisasi tersebut akan menciptakan organsisasi yang bersifat multicultural, yang secara otomatis akan menyatukan perbedaan di dalam organisasi yang mampu menciptakan pendekatan inovatif terhadap tantangan organisasional yang kompleks beserta implementasi solusinya (Distefano & Maznevski, 2015). Jadi, mengapa kita perlu memusatkan perhatian pada sifat multicultural dari organisasi dan perusahaan ini?

            Diversity dapat diartikan sebagai keragaman atau secara harfiah adalah sebagai perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan dalam hal etnis atau suku budaya, perbedaan jenis kelamin, warna kulit, usia, ras, kemampuan dan masih banyak lagi (Primary characteristics). Sudah banyak organisasi atau perusahaan global yang anggotanya berbeda dalam satu dan hal penting lainnya seperti, geografi, pengalaman kerja, pendapatan, pola pikir, gaya bekerja, pendidikan, fungsi atau profesi, dan lain sebagainya (Secondary characteristic).

            Peruci dan Hamby (dalam buku Tampubolon, 2014) mengatakan bahwa budaya adalah sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia dalam kehidupan sepanjang waktu. Meskipun perbedaan budaya mempunyai kelemahan, perbedaan tersebut sangat penting bagi organisasi global. Pertama, perbedaan budaya kemungkinan besar menghambat interaksi efektif dalam suatu organisasi. Budaya adalah asumsi dan norma masyarakat atau kelompok tertentu tentang bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dan mendekati perilakunya. Setiap masyarakat mempunyai asumsi dan norma yang berbeda ketika menjalankan aktivitasnya, dan budaya yang berbeda mungkin ada untuk profesi, fungsi, dan bahkan gender yang berbeda dalam suatu masyarakat atau organisasi (Taufik, Hasnani, & Suhartina, 2022). Oleh karena itu, anggota organisasi dari budaya yang berbeda datang ke kelompok dengan gagasan yang sangat berbeda tentang bagaimana kelompok harus melanjutkan. Selain itu, nilai-nilai dan norma-norma budaya sudah mendarah daging dan sering kali secara implisit dianggap remeh. Dampak paling serius terhadap perilaku dan interaksi biasanya tersembunyi dan sangat sulit dideteksi dan diatasi. Perbedaan budaya mau tidak mau akan menghambat kelancaran interaksi. Tapi, disisi lain karena sifat pada budaya itu sendiri, perbedaan budaya juga menawarkan potensi terbesar dalam penciptaan nilai. Budaya mempengaruhi apa yang kita perhatikan, bagaimana kita menafsirkannya, apa yang kita putuskan untuk dilakukan, dan bagaimana kita mengimplementasikan ide-ide kita (Igabari, 2024). Itulah mengapa, organsasi multicultural memiliki sumber daya yang kaya untuk menciptakan pendekatan inovatif dan kreatif terhadap tantangan organisasi yang kompleks dan mode operasi yang berbeda untuk mengembangkan cara-cara baru dalam mengimplementasikan solusi. Perusahaan-perusahaan saat ini tidak dapat berhasil tanpa nilai kreatif dari tim global yang berkinerja tinggi.

            Dengan ini ada beberapa hal yang muncul dari pemahaman dan tindakan mengenai rutinitas sehari-hari dan konsekuensinya dalam dinamika multikultural organisasi.

            Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa organisasi-organisasi di seluruh dunia, termasuk organisasi-organisasi yang termasuk dalam tiga kategori pekerjaan yang didefinisikan dengan jelas, tidak terbatas pada hanya dua kategori yang berbeda namun terkait. Kategori ini disebut dengan pola-pola destroying, equalizing, and creating (Distefano & Maznevski, 2015). Beberapa organisasi multikultural sangat berbahaya. Para anggotanya tidak mempercayai satu sama lain, menjaga informasi dengan sangat hati-hati, dan berusaha menyerang anggota lainnya setiap saat. Sebagai contoh, seorang anggota Eropa mengatakan bahwa , "Orang-orang Inggris di tim kami terlalu serius, orang-orang Jerman begitu terpaku pada bidang teknik sehingga mereka tidak berpikir orang lain punya otak, dan orang-orang Prancis tidak peduli tentang kuota produksi harian." Ini adalah contoh jelas dari kegagalan timnya. Dalam situasi seperti ini, stereotip dibangun karena energi yang seharusnya digunakan untuk melakukan pekerjaan yang efisien terkuras habis. Keputusan "tim" dibuat oleh pemimpin formal atau manajer tanpa diskusi yang tulus di antara anggota tim. "Tim" bukannya menciptakan nilai tapi menghancurkannya.

            Pola kedua adalah yang paling umum dan paling membingungkan. Setelah tim yang beragam bekerja sama selama beberapa waktu, anggota biasanya dengan bangga mengatakan kepada satu sama lain, "Kami menangani perbedaan kami dengan baik, Kami telah melampaui itu sejak lama, jadi itu tidak memengaruhi kinerja kami. Pertemuan kami berlangsung dengan baik. Setiap orang memberikan umpan balik; kami menyelesaikan masalah dengan cukup cepat dan kemudian terus bekerja, sejujurnya masalah tentang keberagaman ini terlalu dilebih-lebihkan”. Namun, manajer senior tim ini biasanya memiliki cerita yang agak berbeda. Sebagai ilustrasi, "Saya rasa mereka berhasil mencapai sesuatu. Namun mereka mengumpulkan para pemikir terbaik di perusahaan, lalu menghasilkan diskusi yang bahkan tidak mendekati penghematan biaya yang diharapkan." Kami mungkin mendapatkan keuntungan yang diharapkan, tetapi saya cukup kecewa.” Singkatnya, mediocrity, tim membantu perusahaan mereka bertahan. Namun, jika mereka tidak membiarkan adanya perbedaan muncul, tim akan mengalami kesulitan karena mereka tidak akan dapat memanfaatkan perbedaan tersebut untuk inovasi, kreatifitas atau peningkatan kinerja. Hal ini dikenal sebagai pola "equalizing", yang meminimalkan perbedaan untuk memperlancar proses. Pada akhirnya, pola ini mengurangi perbedaan pendapat dan perspektif. dan percaya bahwa sebagian besar tim dari berbagai budaya yang menganggap diri mereka "berhasil" adalah tim yang mampu mengimbangi atau menyamakan kedudukan (equalizers).

            Tidak diragukan lagi, ada beberapa organisasi multikultural yang sangat baik dan mencapai hasil yang jauh melebihi harapan. Organisasi ini jauh melampaui konsep "menghargai keberagaman". Setiap aspek operasi kelompok melibatkan keragaman, yang diakui dan dipupuk. Menyaksikan organisasi-organisasi ini bergerak seperti menonton orkestra dengan kelas terbaik, semua anggota mengenali dan menguasai satu sama lain, serta memahami potensi sinergi yang timbul dari kombinasi mereka (Hartini, 2020). Dinamika mereka yang terus berubah memasukkan inovasi dan kreatifitas yang tak terbatas ke dalam struktur operasi mereka. Melihat bagaimana tim-tim yang berbeda ini menciptakan nilai dengan memasukkan produk-produk yang sangat sukses ke pasar dalam waktu singkat, mencapai lompatan besar dalam penghematan biaya dalam industri yang harganya kompetitif, membangun aliansi jenis baru dengan pemasok dan klien di seluruh dunia, dan dengan sukses bergerak ke pasar yang sebelumnya tidak dapat ditembus.

            Keragaman yang terdapat dalam organisasi juga bisa terlihat dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Williams dan O’Reilly dalam (Yuwono, 2016) ada 2 sudut pandang utama dalam melihat keragaman, yaitu social categorization perspective dan information/decission-making perspective. Sudut pandang kategorisasi sosial melihat keragaman yang ada di unit menunjukkan adanya kelompok-kelompok di dalamnya, yang perlu dilihat bukan sebagai kelompok terpisah namun sebagai satu kesatuan di dalam unit itu sendiri sehingga mampu bekerja bersama-sama. Perspektif informasi/pengambilan-keputusan menyatakan bahwa individu yang beragam akan memiliki cara pandang, opini, kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan yang berbeda dan unik, yang akan menjadi sumber daya yang sangat kaya, sehingga keragaman ini juga perlu dikelola dengan tepat agar bisa optimal.

            Pendapat lainnya muncul dari Van Knippenberg dalam (Yuwono, 2016) mengutarakan perspektif baru hasil penggabungan dari kedua sudut pandang sebelumnya yaitu categorization elaboration model (CEM),. Model ini mengatakan bahwa tim atau organisasi yang memiliki keragaman mampu menggunakan semua kelebihan dan keunikan-keunikan dari cara pikirnya yang lebih unggul dari tim atau organisasi yang homogeny melalui proses elaboration of information, yang didefinisikan sebagai pertukaran informasi dan cara pandang, kemudian individu memproses informasi tersebut dan memberikan tanggapannya, yang kemudian didiskusikan lagi serta diintegrasikan untuk implementasinya terhadap organisasi.

            Pasa dasarnya dalam dunia kerja kita harus tetap saling toleran kepada orang lain, menjaga sopan santun karena bagaimanapun juga kita adalah makhluk hidup sosial yang sama dan hidup berdampingan. Maka dari itu kita harus tetap mengoptimalkan keberagaman sumber daya manusia (SDM) karena ini adalah langkah krusial untuk menciptakan dunia kerja yang inklusif dan berkelanjutan (Hanum & Kistyanto, 2018). Dengan memahami manfaatnya dan menerapkan strategi yang sesuai, perusahaan dapat mempromosikan kreativitas, inovasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Meskipun ada tantangan yang harus diatasi, investasi dalam mengoptimalkan keberagaman SDM memiliki dampak positif bagi masa depan organisasi dan masyarakat. Organisasi perlu memastikan bahwa proses rekrutmen dan seleksi mereka tidak diskriminatif, dengan menghilangkan bias yang tidak disadari, mempromosikan kesetaraan kesempatan, dan aktif mencari kandidat dari berbagai latar belakang. Mengoptimalkan keberagaman SDM bukan hanya tentang keadilan sosial, tetapi juga membawa manfaat konkret bagi organisasi, seperti meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kepuasan kerja anggota tim. Selain itu, organisasi yang mempromosikan inklusi cenderung memiliki reputasi yang lebih baik, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan jangka panjang. Dengan mengadopsi strategi dan praktik terbaik untuk mendukung keberagaman, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan kesetaraan, penghargaan, dan kolaborasi. Upaya ini tidak hanya menguntungkan secara sosial, tetapi juga memberikan dampak positif secara konkret bagi produktivitas, inovasi, dan reputasi organisasi. Oleh karena itu, penciptaan dunia kerja yang inklusif harus didorong dan diperkuat oleh semua pihak terkait.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Plan

FENOMENA HUJAN: STUDI KASUS AIR MATA PENGANTIN

 FENOMENA HUJAN: STUDI KASUS AIR MATA PENGANTIN Tak terasa tahun 2024 akan segera berakhir. Waktunya melakukan tradisi tahunan, yaitu mengev...