PBS 4B
Kelompok 5
Disusun
oleh:
Kusnul
Khotimah (225231051)
Vinalia
Setianingrum (225231060)
Ananda
Rinda Agustin (225231062)
Muhammad
Sabiq Baqiyyatulloh (225231071)
Rofi Atun Darojad (225231072)
Pada bisnis plan kami sebelumnya kami telah membuat dua produk yang
berbeda. Pertama ada Chizee Ube, Chizee Ube merupakan produk yang menggabungkan
jelly, ubi, dan keju. Produk ini mengandung bahan dasar ubi ungu yang dikenal
akan vitamin A, C, dan K serta protein. Chizee Ube memiliki kombinasi rasa yang
manis dan gurih, yang membuatnya cocok sebagai minuman yang sehat dan lezat.
Produk ini dihasilkan dengan menggunakan ubi ungu segar sehingga kualitasnya
tetap optimum. Proses pembuatan Chizee Ube ini juga melibatkan pemilihan bahan
baku terbaik, pengolahan, dan pemasaran yang efektif.
Selanjutnya produk kedua kami ada Ayam Shihlin, Ayam Shihlin adalah hidangan yang terkenal dengan rasa gurih, renyah di luar dan lembut di dalam, potongan daging ayam yang segar diolah dengan Teknik khusus, kemudian dilumuri dengan rempah-rempah khas Taiwan untuk memberikan cita rasa yang unik dan khas. Setelah itu, potongan ayam tersebut di goreng hingga kecoklatan dan menghasilkan tekstur kulit yang krispy. Hidangan ayam shihlin sering disajikan dengan taburan bumbu rempah yang memberikan aroma harum dan pedas yang menggugah selera.
PENDAHULUAN
Hallo teman-teman. Perkenalkan kami dari kelompok 5, PBS 4B, Mata
Kuliah Kewirausahaan Islam. Melalui paper ini, kami akan menceritakan lika-liku
perjalanan tugas Kewirausahaan Islam yaitu merancang Bisnis Plan dan
Menjalankan Kegiatan Berwirausaha produk kami yaitu “Chizee Ube” dan “Ayam
Shihlin”.
Produk usaha ubi salad telah menjadi tren makanan yang populer di Indonesia.
Ubi, yang memiliki kandungan nutrisi yang baik dan indeks glikemik rendah,
telah digunakan sebagai bahan baku dasar dalam produksi ubi salad kami. Pati
ubu memiliki karakteristik seperti kestabilan kekentalan yang dipengaruhi oleh
suhu, ketahanan terhadap perlakuan mekanis, dan daya pengental yang baik,
membuatnya sangat cocok digunakan sebagai “gelling agent” dalam salad dressing.
Itu adalah salah satu alasan kami mengapa kami menggunakan ubi sebagai bahan
dasar dalam dressing salad dari produk kami yaitu “chizee ube”.
Selain ubi salad yang kami jajakan, ada produk kedua kami yaitu
“ayam shihlin”. Ayam shihlin telah menjadi nama yang terkenal di Indonesia,
terutama dikalangan pecinta makanan pedas. Keberadaannya makin dikenal di
kalangan pecinta pedas dan telah menjadi hidangan populer yang dapat ditemukan
di hampir semua kota besar yang ada di Indonesia. Shihlin merupakan street
snack yang berupa ayam dibalut dengan tepung crispy dan menawarkan variasi rasa
serta cara pembuatan yang mudah dan bahan yang tersedia di pasaran. Dengan
demikian, peluang usaha “chizee ube” dan “ayam shihlin” sangat besar dan dapat
dijalankan dengan menggunakan alat usaha yang mumpuni dan strategi pemasaran
yang efektif.
Chapter I : “Menentukan Ide Bisnis”
Kami memiliki perjalanan yang cukup panjang dalam chapter ini untuk
menentukan produk apa yang akan kami perjualkan. Jadi Chizee Ube bukanlah
produk pertama yang menjadi rencana kewirausahaan kami.
Pada awalnya kami berencana menjual Risol Mayo, sangat di sayangkan
karena di situ kami sudah memulai survei penjualan seperti target, pemasaran
produk, bahkan kami sudah mewawancarai salah satu pengusaha Risol Mayo terkenal
di Kartasura yaitu, Risol Mayo Parama untuk membantu kami belajar berwirausaha,
bahkan kami sudah mulai membuat proposal bisnisnya, kami sudah merencanakan semua dengan matang,
tetapi entah karena beberapa alasan kami memutuskan untuk mengganti produk yang
akan kami jualkan, apa alasannya?!? Kami juga tidak paham.
Selanjutnya rencana kami berganti menjadi Jelly Ball yang diusulkan
oleh Kusnul yang saat itu sangat booming dan populer, tapi lagi-lagi kami
melewatkan itu karena ada beberapa alasan lagi seperti beberapa alat yang
sangat sulit untuk didapatkan, dan kami juga berfikiran bahwa jika Jelly Ball
bukanlah ide bisnis yang baik. Jadi mungkin itu bukan jalan kami.☹
Hingga akhirnya kami menemukan ide bisnis produk yang menjadi jodoh
kami yaitu Chizee Ube yang merupakan Ubi Salad yang diusulkan oleh Rofi dan
akhirnya ubi salad inilah yang menjadi ide bisnis produk yang kami perjualkan
selama menjalankan tugas Kewirausahaan Islam ini. Alhamdulillah.😊
Setelah kami berhasil menemukan ide bisnis sebagai produk
berwirausaha kami, kami berfikir bahwa cobaan/kesulitan kami sudah usai. Tetapi
ternyata di masa depan ada cobaan yang lebih besar, apakah cobaan itu?!? Saat
kami mulai untuk belanja bahan-bahan chizee ube, sebenarnya sangan mudah untuk
menemukan sebagian bahan-bahannya karena memang banyak dijual dipasaran seperti
susu kental manis, susu evaporasi, susu fullcream, keju, dan lainnya. Tetapi
malah tidak mudah untuk kami menemukan bahan dasar dalam salad ini yaitu Ubi
Ungu…
Sangat sulit untuk kami mencari ubi ungu, kami sudah mencari
diseluruh pasar atau swalayan Kartasura, tidak hanya satu pasar/swalayan tetapi
hampir seluruh pasar dan swalayan kami tidak menemukan ubi ungu. Sampai
akhirnya kami hampir menyerah, apakah kita harus mengganti produk lagi???
Setelah penantian panjang, alhamdulillah Allah telah memberikan bantuannya,
melalui ibu dari teman Kusnul yang setiap hari ke pasar didaerah Boyolali.
Kusnul meminta bantuan kepada temannya untuk mencarikan ubi ungu dipasar yang
sering di datangi oleh ibunya. Satu dua hari kami menunggu tidak berhentinya
kami mengucapkan syukur, kami mendapatkan 2kg ubi ungu yang kami cari-cari
didapatkan oleh ibu dari teman Kusnul. Karena mungkin memang saat itu bukan
musim ubi ungu jadi sangat sulit untuk kami menemukan ubi ungu.
Setelah kami mendapatkan semua bahan baku yang dibutuhkan untuk berjualan chizee ube/salad ubi. Kami melakukan uji coba pembuatan chizee ube di kos Rofi sebagai bahan pertimbangan sebelum kami benar-benar membuka/mulai berjualan. Di saat kami melakukan uji coba dan kami berhasil membuat chizee ube yang enak, manis, gurih, creamy. Akhirnya beberapa hari kemudiannya kami mulai untuk melakukan Open PO sebagai langkah pertama kami berjualan.
Pada awal penjualan kami, kami menggunakan sistem PO atau Pre-Order
sebagai awal bagi kelompok kami untuk berwirausaha, sekaligus sebagai
pengembangan evaluasi seberapa besar minat dari para target konsumen kami
terhadap keberadaan chizee ube ini. Kami mempromosikan produk kami di platform
online, dimana kami (semua anggota) memasang poster produk kami di story
WhatsApp, dan kami juga menawarkan produk kami secara mouth to mouth (mulut ke
mulut) kepada orang-orang terdekat kami seperti, teman kelas, teman kos,
keluarga, dan lainnya. Sehingga dengan promosi awal seperti ini kami dapat
memperkenalkan sekaligus memancing orang-orang terutama target konsumen kami
untuk membeli produk kami.
PO pertama kami lakukan pada tanggal 18 Maret 2024, kami
mendapatkan pesanan pertama sebanyak 11 cup dimana masa PO kami itu ± 1 minggu
lamanya. Dalam cerita pembuatan PO pertama kami, kami memutuskan ready itu
bertepatan pada hari Senin bertepatan dengan Mata Kuliah Kewirausahaan Islam.
Kami berkumpul sejak pagi di kos Rofi untuk menyiapkan bahan dan membuat
pesanan. Kenapa kami memilih untuk ready hari Senin? Bukannya justru malah
ribet kalau bertepatan dengan Matkul??? Kami merencanakan hal itu karena kami
berfikir bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk kami berkumpul, karena memang
jarak rumah Kusnul dan Vinalia cukup jauh jadi dengan kata lain kami
memenejemen waktu.
Pada awalnya berjalan dengan baik dan lancar, tidak ada
permasalahan selama proses pembuatan pesanan karena sebelumnya kami sudah
melakukan uji coba. Setelah kami selesai memasak bahan baku yang dibutuhkan,
kami memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu jam mata kuliah
Kewirausahaan dimulai, diantara kami ada yang makan dan ada juga yang solat.
Disitu semua bahan sudah matang, tetapi kami belum memackingnya. Sehingga saat
Ibu Sri Haryanti memajukan jam mata kuliahnya, kami mulai keteteran karena
belum memackingnya, karena saat pembuatan itu kami tidak hanya membuat chizee
ube untuk pesanan, tetapi kami juga membuat testi untuk diberikan kepada Ibu
Sri, jadi saat beliau memajukan jamnya kami belum memacking testi sehingga kami
panik. Tetapi itu semua teratasi karena saat itu Kusnul dan Rofi standby di kos
jadi dengan terburu-buru segera memacking chizee ube. Dan alhamdulillah kami
berhasil memberikan testi untuk dosen pengampu kami Ibu Sri Haryanti.
Setelah Mata Kuliah Kewirausahaan Islam selesai, kami mulai
berkumpul di kos Rofi lagi untuk memacking sisa pesanan yang akan di COD pada
sore harinya. Setelah selesai mempacking chizee ube, kami semua pulang membawa
pesanan chizee ube yang akan di COD. Pada PO pertama meskipun ada beberapa
masalah, kelompok kami mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan kerjasama
tim yang baik. Sehingga kami berhasil pada PO pertama ini.
Chapter III :
“Ayam Shihlin sebagai Produk Kedua”
Pada open pertama kami menunggu Pre-Order selama 1 minggu lamanya,
ternyata itu adalah waktu yang cukup lama bagi kami setelah kami melakukan
riset terhadap pewirausaha lainnya, dan selama 1 minggu tersebut kami hanya mendapatkan
11 pesanan. Hal itu merupakan salah satu dari kesalahan kami sebelumnya, dimana
dalam bisnis plan kami, kami menargetkan anak muda terutama mahasiswa sebagai
tarket pemasaran dan promosi dari chizee ube.
Dari kesalahan kami tersebut kemudian kami mencoba memutar otak,
banyak ketakutan yang kami khawatirkan pada saat itu, bagaimana kalau chizee
ube tidak laku???, bagaimana kalau kita rugi???, dan bagaimana-bagaimana
lainnya. Sehingga dengan berbagai ketakutan kami tersebut kami memutuskan untuk
membuat produk kedua dengan tujuan sebagai keberlangsungan dari usaha kami,
mengantisipasi jika suatu saat chizee ube mengalami kegagalan. Dan ayam shihlin
inilah yang menjadi pilihan kami sebagai produk kedua.
Setelah melakukan berbagai pertimbangan dari kami, kami mulai
membuat poster, mencari tahu tentang usaha ayam shihlin, dan setelah semua itu
kami lakukan kemudian kami langsung mempromosikan produk kedua kami ayam
shihlin di platfrom internet.
Tetapi pada akhirnya keputusan yang kami buat untuk membuat produk
kedua justru menjadikan masalah yang lebih besar. Kenapa???
Chapter IV : “ Open
Kedua: Pesanan Chizee Ube dari Ibu-Ibu Komplek”
Ayam shihlin menjadi kesalahan yang lebih besar bagi kami karena
ternyata kesalahan kami sebelumnya yang tidak tepat menentukan target pemasaran
dan promosi membuahkan mukjizat yang tidak disangka-sangka. Dimana kami
mendapatkan pesanan yang berturut-turut dari ibu komplek/ teman dari Ibunya
Sabiq. Alhasil ayam shihlin yang kami rencanakan sebagai produk kerlangsungan
justru malah tidak kami jalankan setelah kami mendapatkan banyak pesanan chizee
ube, dan kami hanya Open ayam shihlin 1 kali, dengan masa Pre-Order 5 hari.
Open kedua ini kami lakukan pada tanggal 19 Maret 2024, dimana pada Open kami sebelumnya tanggal 18 Maret kami mempromosikan chizee ube di internet, setelah open PO pertama yang kami lakukan 1 minggu lamanya yang tidak mencapai target penjualan kami, saat itu juga ternyata Ibu dari anggota kami yaitu Sabiq membantu mempromosikan chizee ube kami di story WhatsAppnya, sehingga pada tanggal 18 malam, Sabiq menghubungi kami bahwa “ada teman dari ibunya yang memesan chizee ubenya sebanyak 14 cup untuk takjil”, katanya. Dari peristiwa ini kami dapat mengevaluasi dan membuktikan, bahwa justru yang tertarik dengan produk chizee ube kami itu ada di kalangan ibu-ibu generasi x, bukan anak muda generasi z. Berlanjut dari hal tersebut entah apa yang terjadi secara tidak sadar pasti ibu-ibu tadi mempromosikan kepada temannya yang lain tentang chizee ube kami, sehingga tidak hanya sekali pesan tetapi keesokan harinya teman ibu Sabiq tersebut memesan produk chizee ube lagi ditempat kami.
Chapter V : “Open Ketiga: Pesanan
Chizee Ube dari Ibu-Ibu Komplek”
Promosi yang dibantu oleh ibunya Sabiq telah memberikan perubahan
bagi produk kami. Mulai dari kesadaran kami terhadap target konsumen dari
produk ini, selanjutnya juga membuat ibu-ibu komplek tertarik dan mengetahui
apa itu chizee ube. Keberlanjutan dari pesanan teman dari Ibu Sabiq yang tidak
hanya memesan sekali.
Teman dari Ibu Sabiq kembali memesan chizee ube untuk yang kedua
kali dengan jumlah yang lebih banyak. Pada tanggal 19 malam, Sabiq menghubungi
kami “ ibu-ibu merasa puas dengan chizee ubenya, rasanya enak, dan ibu-ibu
ingin memesan lagi untuk tanggal 20 sore”, kata Sabiq. Kami tidak langsung
menerima pesanan tersebut, jadi kami berunding terlebih dahulu. Selain karena
lelah, karena kami sudah melakukan Open selama 3 hari berturut-turut. Saat itu
juga kami juga bertepatan dengan UTS, jadi karena benturan antara jadwal itu
tadi kami tidak menerima pesanan ibu tadi. Tetapi kami memberikan pilihan “jika
ibu bersedia menunggu kami open dan bersedia menerima pesanan pada lusanya atau
tanggal 21 sore”, kata Rofi.
Setelah negosiasi tersebut ibu komplek bersedia menunggu sampai
kami Ready lagi. Kami Open ketiga pada tanggal 21 Maret 2024, dimana kami
mendapatkan pesanan 20 cup dari ibu-ibu komplek tadi. Kami mulai membuat
pesanan dari pagi sampai sore, setelah kami selesai membuat pesanan chizee ube
kemudian Sabiq mengantar pesanan tersebut kerumah yang bersangkutan.
Pada hari yang bersamaan, kami tidak hanya membuat chizee ube tapi
kami juga membuat pesanan untuk ayam shihlin. Ayam shihlin yang menjadi produk
kedua kami sekaligus sebagai produk keberlangsungan usaha kami, kami membuat
pesanan pada tanggal 21 Maret dengan total pesanan 7 ayam shihlin. Setelah kami
selesai membuat pesanan chizee ube, kami langsung membuat adonan ayam shihlin,
ayam sudah kami marinasi h-1 sebelum membuat pesanan. Kami tidak ada kesulitan
dalam membuat ayam shihlin meskipun kami tidak melakukan riset dan uji coba.
Kesulitan kami hanya pada alat-alat yang dibutuhkan tidak lengkap, karena
memang saat itu semua proses produksi yang dilakukan di kos yang memiliki
keterbatasan baik alat dan tempat. Meski begitu kami mampu menyelesaikan
pesanan ayam shihlin dengan tepat waktu. Kami membutuhkan sekitar 3-4 jam untuk
memasak dan mengemas ayam shihlin. Sampai pada akhirnya kami menyelesaikan
semua pesanan baik chizee ube dan ayam shihlin pada hari itu. Alhamdulillah.
ANALISIS KEUANGAN
· Open Pre-Order Pertama
Modal iuran = Rp 125.000
Biaya
produksi = Rp 98. 000
Jumlah
pesenan = 11 cup
Pendapatan
PO ke 1 = Rp (15.000 x 4) + (8.000x3)
= Rp 60.000 + 24.000
= Rp 84.000
Sisa = Modal Iuran - Biaya Produksi
= Rp 125.000 – 98.000
= Rp 27.000
Total
keseluruhan = Pendapatan PO ke 1 +
sisa
= Rp 84.000 + 27.000
= Rp 111.000
Jadi penjualah PO ke 1 mengalami kerugian
= Rp 125.000 – 111.000
= RP 14.000
·
Open Pesanan Pertama
Total PO ke 1 = Rp 111.000
Biaya produksi = Rp 70. 000
Jumlah pesenan = 14 cup (15.000 dapat 2)
Pendapatan Pesanan 1 = Rp 15.000 x 7 = Rp 105.000
Sisa = Total keseluruhan - Biaya Produksi
= Rp 111.000 – 70.000
= Rp 41.000
Total keseluruhan = Pendapatan pesanan ke 1 + sisa
= Rp 105.000 + 41.000
= Rp 146.000
Jadi penjualah pesanan ke 1 mengalami keuntungan = RP 35.000
Open Pesanan Kedua
Total pesenan ke 1 = Rp 146.000
Biaya produksi = Rp 41. 000
Jumlah pesenan = 20 cup
Pendapatan pesanan 2 = Rp (9.000 x 10) + (15.000x5)
= Rp 90.000 + 75.000
= Rp 165.000
Sisa = Total keseluruhan - Biaya Produksi
= Rp 146.000 – 41.000
= Rp 105.000
Total keseluruhan = Pendapatan pesenan ke 2 + sisa
= Rp 165.000 + 105.000
= Rp 270.000
Jadi penjualah pesanan ke 2 mengalami keuntungan
= Rp 270.000 – 146.000
= RP 124.000
PENUTUP
Berdasarkan paparan paper tentang perjalanan kami (kelompok 5) dalam menjalanakan kegiatan berwirausaha tersebut, masih banyak sekali kesalahan dari pewirausaha dan rintangan dari luar perusahaan, seperti kurangnya manajemen waktu, terlalu terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan, melesetnya strategi dari pewirausaha yang mengakibatkan kegagalan dalam memperhitungkan langkah untuk diambil kedepannya, dan beberapa dis-komunikasi antar anggota kelompok yang terjadi. Meskipun banyak sekali rintangan yang kami hadapi, kami mampu menyelesaikan kegiatan berwirausaha ini mulai dari awal pembuatan bisnis plan sampai dengan penulisan paper sebagai tugas akhir dari mata kuliah Kewirausahaan Islam, dengan usaha dan kerja keras para anggota (kelompok 5) yang juga memberikan segala tenaga dan pikirannya demi terlaksana dan terselesaikannya kegiatan berwirausaha ini.
Dari rintangan-rintangan tersebut juga dapat memberikan pelajaran dan juga bahan evaluasi bagi kami (kelompok 5) dan juga bagi para pembaca maupun para pewirausaha lainnya. Agar kedepannya kami, para pembaca, dan pewirausaha lainnya dapat menjalankan kegiatan berwirausaha dengan perencanaan bisnis/strategi bisnis yang matang, tidak hanya memperhatikan strategi bisnis tetapi juga memperhatikan kemampuan dari para pewirausaha juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar