By: Wahid Miftahul Huda (225221012)
Di sebuah ruang kecil yang penuh dengan semangat, di bawah sinar lampu yang memantulkan bayang-bayang di dinding, kami berempat, Saya, Irfan, Sholeh, dan Ryko, duduk dengan bangku sejajar. Kami ditunjuk sebagai kelompok enam dalam mata kuliah Kewirausahaan Islam yang diampu oleh Dr. Sri Haryanti., SE., M.M. Di tangan kami, sebuah tugas besar yang harus kami selesaikan: menciptakan sebuah usaha membuat suatu produk.
Pada hari itu diantara kosongnya waktu, sembari menunggu mata kuliah metode kualitatif, seperti biasa, diskusi kami dimulai dengan ide-ide yang mengalir begitu saja, Masing-masing dari kami menyampaikan berbagai konsep yang datang dari hasil pemikiran dan pengalaman dengan diselingi canda tawa sembari melupakan kerasnya kuliah di Akuntansi Syariah serta untuk menikmati nikmatnya bahagia yang telah diberikan Tuhan. Dengan gaya khas yang penuh semangat dan optimisme, kami berempat sepakat untuk membuat produk Krea Gift Akrilik LED – hadiah kreatif berupa akrilik dengan lampu LED yang bisa disesuaikan, ideal untuk digunakan dalam acara-acara kampus seperti seminar proposal (sempro) dan wisuda.
Dengan tekad yang bulat, kami mulai merancang dan memproduksi produk pertama kami. Kami percaya bahwa hadiah semacam ini bisa menjadi kenangan yang indah bagi setiap mahasiswa yang ingin merayakan momen-momen berharga dalam hidupnya. Kami membayangkan betapa menariknya sebuah akrilik LED yang dihiasi dengan desain personal, yang bisa diterangi dengan warna-warni cahaya, membawa sentuhan magis ke dalam setiap perayaan.
Namun, kenyataan ketika turun kelapangan berkata lain. Produk kami ternyata kalah saing dengan buket bunga yang sudah lebih dulu populer di kalangan mahasiswa, penjualannya berjalan sangat lambat. Dari hari-hari berganti mengikuti perjalanan waktu, Kami hanya berhasil menjual tiga produk dengan harga Rp 30.000 per unit dengan keuntungan yang kami dapatkan Rp 5.000 per produk. Kami merasa usaha ini seperti berjalan di tempat, mungkin lebih tepatnya, kami merasa seperti berlari di tempat yang sama tanpa kemajuan yang berarti.
Pemasaran yang terbatas, ditambah dengan persaingan yang sangat ketat, membuat usaha ini terlihat seperti sebuah kegagalan. Kami hampir menyerah, tetapi ketika kami mengumpulkan kembali semangat yang mulai pudar, sebuah harapan baru muncul. Pada pertemuan berikutnya dengan Bu Dosen Sri Haryanti, beliau memberikan penilaian yang membuat secercah harapan untuk usaha kami.
“Produk kalian menarik,” kata Bu Dosen, “tapi pemasarannya kurang maksimal. Saya rasa kalian bisa mencoba pendekatan yang berbeda, misalnya dengan sistem sewa, karena produk ini lebih sering digunakan untuk hanya untuk foto-foto saja pada acara wisuda, sempro atau acara penting lainnya.”
Saran Bu Dosen membuka mata kami. Ternyata, banyak mahasiswa yang menggunakan produk kami, hanya untuk berfoto di acara penting mereka. Dengan pendekatan sistem sewa, kami bisa memberikan akses lebih mudah kepada mereka yang hanya membutuhkan produk ini dalam waktu singkat. Kami bisa menyesuaikan harga dan memberikan kenyamanan lebih bagi konsumen.
Penerimaan terhadap saran tersebut memberi kami semangat baru. Kami mulai merencanakan ulang strategi pemasaran dan memikirkan cara-cara agar produk kami bisa lebih dikenal di kalangan mahasiswa. Kami belajar banyak dari perjalanan ini, dari menghadapi kegagalan hingga menemukan solusi yang tepat. Sebuah perjalanan yang mengajarkan kami bahwa usaha yang baik tidak selalu tentang meraih kesuksesan dengan cepat, tetapi tentang bagaimana kita bisa bertahan dan terus berinovasi.
Di lain sisi, saya teringat pelajaran Etika Bisnis Islam yang telah saya lewati pada semester lalu, yaitu strategi yang digunakan Abdurahman Bin Auf R.A. yaitu sahabat nabi yang terkenal dengan kesuksesannya dalam berwirausaha. salah satu strategi beliau yaitu modal tidak hanya dengan suatu harta, melainkan juga dengan skill serta ilmu yang berguna dalam usaha, skill dan ilmu ini digunakan untuk beradaptasi dengan pasar. selain itu juga beliau juga mengatakan bahwa sekecil apapun keuntung itu akan tetap dikatakan keuntungan.
Dari strategi sahabat Abdurahman Bin Auf R.A. mungkin kita harus bangkit serta berjuang lagi untuk menelaah berbagai kajian-kajian ilmu serta meningkatkan skill yang digunakan untuk beradaptasi dengan lapangan serta menguatkan mental untuk melalui dinding tembok yang tinggi dalam menjalankan usaha. Dan mempertimbangkan kembali margin keuntungan yang kami dapatkan, mungkin terlalu besar, jika usaha kami hanya menorehkan tinta spidol putih untuk mendapatkan keuntungan yang begitu besar, sehingga perputaran persediaan terlalu lambat.
Momen berkesan ini, meskipun tidak berakhir sesuai harapan, tetap menjadi pelajaran berharga. Krea Gift Akrilik LED, meskipun belum sepenuhnya sukses, telah memberikan kami pengalaman berharga dalam dunia kewirausahaan. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, kita mendapatkan berkah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga produk ini akan kembali mencuri perhatian dengan cara yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar