Just An Idea Or Need To Be Realized?
by: aaels
Mahasiswa program studi perbankan syariah kami kira hanya belajar bagaimana cara menjadi pegawai bank dan juga perhitungan dalam dunia perbankan. Kita lupa bahwa program studi perbankan syariah berada di bawah fakultas ekonoumi dan bisnis Islam. Ya benar, ada kata bisnis dalam nama fakultas tersebut. Yang kami pikir hanya mempelajari tentang dunia bank ternyata harus belajar juga tentang berbisnis. Sebenarnya di awal semester pun kita belum fokus ke mata kuliah perbankan, apalagi tentang bisnis. Namun semakin bertambah nya semester, pelajaran kita semakin terfokus pada dunia bank dan bisnis.
Seperti sekarang di semester 4, kami mendapat mata kuliah kewirausahaan Islam. Di pikiran kami hanya terlintas "oh mungkin di ajarkan bagaimana cara menjadi wirausaha" sebatas teori saja. Namun kita salah, di awal pertemuan kita sudah di beri tugas dan tanggung jawab untuk membuat business plan dengan kata lain rencana tersebut juga harus kita realisasikan. Dengan kata lain lagi kita harus membangun bisnis kita sendiri. Awalnya kita sedikit kebingungan, business plan itu isi nya apa saja, apa yang harus di masukan ke business plan. Namun dosen kita, bu Sri Hariyanti ternyata terlebih dahulu memberikan gambaran mengenai isi dari business plan tersebut. Apakah kita terbantu dengan hal tersebut? Tentu saja, sangat terbantu.
Dipikiran kami banyak sekali terlintas ide bisnis atau ide jualan, sampai sampai kami bingung ingin berjualan apa untuk tugas tersebut. Ide pertama muncul karena ketidak sengajaan salah satu anggota kami yang melihat gantungan tas yang lucu sekali. Gantungan tersebut berwarna merah muda, dari situ kami berpikir akan berjualan barang tersebut. Namun kami menyadari bahwa kami tidak memiliki keterampilan dan kreativitas untuk membuat gantungan tas tersebut. Alhasil kita berusaha menghubungi owner dari usaha gantungan tas tersebut dengan niat ingin menjadi reseller. Namun setelah dipikir pikir ternyata target pasar untuk gantungan tas terlalu sedikit atau bahkan sangat sulit mencari target pasar. Jadi, gantungan tas tereliminasi dari kandidat ide bisnis kami.
Waktu yang diberikan bu Sri dalam pembuatan business plan hanya satu minggu, waktu kurang 4 hari tapi kami belum memantapkan barang atau produk apa yang harus kita jual. Sebelumnya kami ingin menyampaikan bahwa kami adalah anak media sosial yang sehari- harinya hidup ditemani video video dari media sosial. Seperti yang kalian tahu kegiatan sehari- hari kita adalah scroll aplikasi TikTok. Dimana dari TikTok kita bisa melihat apa yang sedang menjadi trend pada saat ini. Pada saat itu beranda TikTok kami penuh dengan video makanan
jelly fruit ball, kalian tau jelly fruit ball? Jadi jelly fruit ball adalah makanan yang bahan dasar nya jelly yang di dalam nya ada buah atau isi an lainnnya.
Kita adalah generasi yang hidupnya di penuhi oleh hasrat FOMO. Melihat jelly fruit ball sedang trend pasti kita memiliki keinginan untuk menjadikan produk tersebut sebagai produk bisnis kami. Sebelumnya kami juga memiliki prinsip untuk jangan menjual barang yang teralu ribet. Nah, jelly fruit ball ini berada di tengah-tengah antara simpel dan ribet. Dibilang simpel tapi ada ribet nya, dibilang ribet tapi tidak se ribet itu. Di hari pertama di beri tugas untuk berbisnis, kami langsung berpikir bahwa berjualan nya cukup melalui media online saja. Dengan kata lain, kami tidak perlu berjualan secara offline atau berjualan langsung. Karena berjualan langsung itu sangat susah.
Mungkin apabila tidak ada kewajiban untuk berjualan secara langsung, jelly fruit ball akan menjadi produk dari bisnis kami. Namun karena kemungkinan kita berjualan langsung nya di acara car free day (CFD), dimana acara CFD itu pagi sekali mulai nya. Berarti kita harus mempersiapkan jelly fruit ball nya lebih pagi dari jam mulai CFD. Atau bahkan di hari sebelumnya kita sudah harus membuat jelly fruit ball nya. Cukup ribet bukan, terlebih kita sendiri tidak yakin pada diri kita sendiri. Perihal komitmen apakah kita akan bertanggung jawab dengan keputusan membuat jelly fruit ball. Ditambah memang jelly fruit ball sedang trend, namun seperti yang kita tahu bahwa trend di media sosial perihal makanan itu cepat datang dan cepat pergi. Kami takut di tengah bisnis ini berjalan, minat masyarakat terhadap jelly fruit ball sudah redup. Alhasil kami tidak memilih jelly fruit ball sebagai produk kami.
Waktu sudah semakin dekat dengan batas pengumpulan business plan tetapi kami belum menentukan produk apa yang akan kami jual. Banyak opsi sudah kita singkirkan karena faktor tingkat kesulitan menjual produk tersebut atau produk tersebut sudah di jadikan produk bisnis oleh kelompok lain. Kami sudah menyingkirkan risol mayo, mochi daifuku, wonton chili oil, mie pangsit pedas dan masih banyak lagi. Jika dibilang sudah kehabisan ide, itu benar. Kami benar-benar sudah bingung akan berjualan apa. Oh ya, ada hal harus kami sampaikan bahwa anggota kelompok kami berasal dari daerah Solo Raya. Dimana kami bahkan tidak tau makanan khas apa yang bisa dijadikan produk jualan.
Solo Raya yang kami maksud adalah Kota Klaten dan Boyolali. Di Klaten ada makanan atau minuman khas apa? Kami rasa tidak ada yang bisa kami jual. Lalu untuk Boyolali? Oh baru saya teringat bahwa julukan untuk Kota Boyolali adalah kota susu. Susu yang dimaksud adalah susu sapi, sebenarnya kalau perihal konsumsi susu sapi, kami sudah beberapa mencoba
di kedai susu segar setiap kali nongkrong di kawasan Klaten maupun Solo. Namun untuk susu sapi yang berasal dari peternakan sapi langsug belum pernah. Lalu apakah akhirnya kami berjualan susu sapi? Atau masih ada opsi lain? Kalau ingin tahu, silahkan di lanjutkan membaca cerita ini sampai selesai ya.
Di tengah kebingungan kami mencari ide untuk produk jualan, kami sedang berada di salah satu kamar kost dari anggota kami. Apa yang kami lakukan? Tidak ada, masing-masing dari kami berkutat sendiri dengan ponsel kami. Tidak ada satupun suara dari kami yang mengeluarkan suara, hanya terdengar suara musik dari masing-masing ponsel kami yang sedang kami gunakan untuk menjelajahi platform TikTok atau sekedar melihat cerita di aplikasi WhatsApp. Pada saat itu salah satu anggota kami sedang melihat foto yang di unggah oleh salah satu kenalan nya. Tebak foto apa itu? Ya benar, foto produk susu sapi yang sedang ia promosi kan. Tentu saja anggota kami tersebut langsung mengatakan bahwa seperti nya berjualan susu sapi menarik. Dilihat-lihat dari kelas A-G belum ada yang berjualan susu sapi.
Tapi apakah kita langsung menentukan nya pada saat itu juga? Tentu tidak. Begitu ide itu terlintas langsung saja jari kami bergerak untuk mengirimkan pesan kepada penjual tersebut. Kami bertanya akah bisa pada saat itu juga kami membeli susu tersebut? Apakah bisa susu nya di antar ke kampus? Dikarenakan kami tidak ada waktu untuk mengambil susu tersebut di kediaman penjual. Dan ternyata bisa, penjual tersebut bersedia untuk mengantarkan susu nya kepada kami. Kami berniat untuk membeli seluruh varian rasa, namun ternyata ada beberapa varian rasa yang sudah habis terjual. Hanya tersisa varian rasa strawberry dan original manis. Baik, tidak apa apa.
Begitu susu sapi tersebut kami terima, kami bergegas menuju ruang kelas karena ada perkuliahan yang akan kami ikuti. Sesampainya di kelas, kami membuka botol susu tersebut. Sebenarnya niat kami susu tersebur akan kami konsumsi sendiri. Namun ternyata teman-teman kelas lain tertarik dengan produk yang kami bawa. Dengan senang hati kami memberikannya untuk teman teman yang lain. Respon dari teman-teman kelas mengatakan bahwa susu sapi nya enak. Mereka mengatakan bahwa susu sapi tersebut cocok sebagai ide jualan. Dan itu semua sesuai dengan pendapat kelompok kami.
Setelah mengetahui bahwa susu sapi berpotensi menjadi produk jualan kami, kami langsung menentukan kapan business plan akan di buat. Dan kami sepakat untuk membuat business plan nya pada keesokan hari. Tidak perlu di kafe mahal atau kafe aesthetic untuk membuat business plan. Kami membuat business plan di kamar kost salah satu anggota kami.
Berhadapan dengan layar laptop yang menampilkan template powerpoint serta di temani hembusan angin dari kipas angin. Kami tidak kesusahan dalam menentukan harga atau segala sesuatu yang berkaitan dengan anggaran. Namun untuk bagian visi misi serta latar belakang, hal tersebut sedikit membuat kami harus memutar otak lebih.
Apakah kami menyerah? Tentu saja tidak. Dengan bantuan media sosial kami berusaha mencari hal apa saja yang dapat di tuangkan ke business plan agar business plan tersebut terlihat menarik saat kita presentasikan. Setelah semua huru-hara isi presentasi selesai, kami semua melupakan satu hal. Kami melupakan nama brand kami, logo kami, stiker untuk ditempelkan ke produk kami, banner yang akan kami pasang saat presentasi. Kami melupakan semua itu. Waktu sudah semakin sore, kami harus pulang ke rumah sebelum matahari benar benar terbenam seluruhnya. Takut akan hujan itu yang menjadi faktor utama.
Kembali ke urusan logo dan yang lainnya. Dengan waktu yang terbatas kami harus sesegera mungkin untuk menyelesaikan nya. Kelompok kami dibagi menjadi 2 tim, tim 1 membuat desain stiker dan tim 2 membuat desain banner. Ah untuk nama brand, kami tidak terlalu memusingkan nya. Kami memilih menggunakan inisial kami untuk menjadikannya nama brand kami. Sebenarnya untuk desain logo tidak terlalu membingungkan. Karena kita menjual susu sapi tentu saja harus ada unsur sapi di stiker tersebut. Singkat cerita desain stiker sudah jadi. Hanya menyisakan desain banner yang masih belum di selesaikan. Mungkin karena banner berukuran besar, jadi desain nya cukup rumit untuk kami yang pemula. Namun semuanya teratasi dan perihal nama brand, stiker, dan juga banner sudah terselesaikan.
Saat dirasa semua sudah selesai, kami pun mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi di minggu depan. Mulai dari pembagian slide presentasi, apa saja yang harus di tambahkan saat presentasi, dan mempersiapkan diri menerima pertanyaan dari teman-teman terkait produk kami. Sebenarnya untuk presentasi sendiri, kami terlalu mencemaskan nya. Sudah hampir 4 semester kami melakukan presentasi di depan teman-teman. Namun untuk mempresentasikan ide bisnis, ini pertama kalinya. Kami berharap semoga semua yang kami persiapkan sudah lengkap dan tidak ada yang terlewat. Tibalah di hari dimana kita akan presentasi. Saat proses presentasi semua berjalan lancar, memang sedikit gugup tapi tidak membuat kami demam panggung. Di sesi tanya jawab kebetulan sekali banyak teman-teman yang memberikan pertanyaan untuk kami. Dan kami bersyukur bahwa pertanyaan nya tidak terlalu susah, bahkan dari banyaknya pertanyaan tersebut justru ada saran yang bisa kami ambil untuk kedepannya mengembangkan bisnis kami.
Lalu apa yang harus dilakukan setelah presentasi business plan? Tentu praktek penjualan nya. Sebagai orang yang pertama kali berjualan, pasti ada ketakutan tidak laku, tidak diminati masyarakat, dan lain-lain. Di penjualan pertama ini kami menggunakan metode online dengan sistem open pre-order. Dan di luar prediksi, banyak teman-teman online kami yang tertarik untuk membeli susu sapi yang kami jual. Awalnya kami tidak terlalu berharap, 10 botol terjual saja sudah sangat berterimakasih. Namun sangat mengejutkan ternyata di penjualan pertama kami memperoleh 35 botol pesanan susu sapi dengan varian rasa yang bermacam macam.
Pembeli kami kebanyakan berasal dari teman-teman sekolah atau kerabat kami sendiri. Untuk distribusi nya, kami menggunakan sistem cash on delivery (COD). Jadi kami bertemu dengan pembeli, kami menyerahkan produk kami dan pembeli membayar. Kebetulan sekali hari dimana produk kami ready, di hari itu juga acara workshop kewirausahaan Islam di adakan. Memang sedikit ribet karena kami harus COD kepada pembeli, di sisi lain kami juga harus menghadiri workshop. Namun itu semua bukan menjadi alasan untuk membatalkan janji COD. Dan selain produk di distribusikan ke pembeli, kami juga memberikan produk tersebut ke bu Sri sebagai tester dari produk kami.
Penjualan pertama kami bisa dikatakan sukses. Dilihat dari lebih dari 30 botol yang terjual, modal yang kami keluarkan pun kembali. Di awal kami sudah menyebutkan bahwa tidak hanya berjualan online, namun kami harus menjual produk kami secara offline atau langsung. Jujur penjualan offline sangat susah, kami bingung harus berjualan dimana dan kapan. Ada banyak opsi yang kami jadikan sebagai pertimbangan. Salah satunya adalah CFD. Dan jujur sekali lagi, kami bukan pribadi yang semangat bangun pagi untuk datang ke CFD. Kami juga berpikir bahwa sepertinya CFD bukan tempat yang tepat untuk berjualan susu sapi. Lalu dimana kami harus berjualan?
Sesuai kalender akademik kampus, sepertinya kami harus mempresentasikan evaluasi penjualan setelah lebaran. Berarti batas waktu kami berjualan offline setelah lebaran juga. Dan ternyata setelah lebaran, di desa salah satu anggota kami ada pagelaran wayang yang memang di selenggarakan setiap tahun. Apakah itu sangat menguntungkan? Tentu saja, kami bisa menjual susu sapi kepada para penonton atau pengunjung pagelaran wayang tersebut. Dilihat dari penjualan pertama kami yang sukses, kami juga memiliki harapan bahwa penjualan kali ini sukses. Pada penjualan pertama kami sedikit pesimis tentang pembeli yang berminat ke
produk kami. Maka dari itu, di penjualan kedua ini kami berusaha optimis bahwa produk kami akan di minati banyak pengunjung.
Persiapan penjualan offline tentu saja lebih rumit di banding penjualan online. Mulai dari tempat berjualan, keperluan berjualan, barang-barang yang di gunakan untuk pengolahan susu dan penyajian nya. Di penjualan kali ini kami tidak menggunakan botol sebagai wadah untuk susu. Kami memutuskan untuk menggunakan gelas plastik sebagai wasah susu sapi yang kami jual. Untuk stok susu kami menyiapkan 10 liter yang bisa di beli dalam keadaan hangat ataupun di tambah dengan es batu.
Tiba di hari pagelaran wayang diadakan, ternyata cuaca sedang tidak bersahabat dengan kami. Dari sore hujan terus mengguyur tempat kami berjualan, hal tersebut membuat pengunjung yang datang pun tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Dan sangat di luar ekspektasi bahwa peminat susu sapi pun tergolong sedikit. Dari situasi tersebut sebenarnya kami sudah pesimis bahwa susu sapi kami akan terjual habis, benar saja stok susu sapi kami tidak terjual habis. Menyisakan 5 liter susu murni yang belum terjual. Sebenarnya kami tidak mengalami kerugian, namun kondisi ini benar-benar diluar ekspektasi kami. Kami sangat berharap bahwa pengunjung menbeli produk kami untuk menemani mereka melihat pentas wayang. Namun ditambah faktor hujan, ternyata peminat susu sapi di pagelaran wayang tidak terlalu banyak.
Dari penjualan tersebut tidak menjadikan kami terpuruk terlalu lama. Setelah itu, kami segera mengevaluasi mengapa stok susu kami tidak habis? Apa yang harus di lakukan agar di penjualan selanjutnya produk kami habis terjual? Dan mungkin yang harus kami lalukan kedepannya adalah, melihat market place kita ada dimana. Survei ketempat jualan terlebih dahulu, dan mungkin jangan terlalu berekspektasi terlalu tingi.
Sayang sekali ini adalah bagian akhir dari cerita kami. Mungkin kami bisa berbagi cerita lagi jika kami berjualan produk lain. Doakan saja ya. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami dalam menjalankan bisnis ini, terutama bu Sri Haryanti. Karena tanpa tugas dari bu Sri, bisnis ini tidak akan berdiri. Apakah kami akan melanjutkan bisni ini? Semoga saja iya, bisnis ini menguntungkan bangi kami dan memberikan kami banyak pengalaman kewirausahaan.
Seperti yang selalu dikatakan bu Sri setiap perkuliahan bahwa kita sebagai generasi perempuan Islam harus mandiri. Harus inovatif dalam menjalankan usaha dan mengembangkan ide. Jangan hanya berdiam diri tidak melakukan apapun, ide atau gagasanyang ada di pikiran kita harus di realisasikan. Mungkin pada awalnya hanya ide ide sederhana, namun dari kesederhanaan tersebut menciptakan hasil yang luar biasa di kemudian gari. Terimakasih untuk semuanya.
-Selesai-
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islam Dosen Pengampu: Sri Haryanti, S.E., M.M.
Perbankan Syariah 4D - Kelompok 4:
1. Adelia Pratiwi Putri (225231135)
2. Art Triana Dwi A (225231142)
3. Evi Ariyani (225231145)
4. Awallinda (225231147)
5. Rosita Kusuma Wardani (225231149)