Oleh : Jironah Lisadiyah Ardan (235211092)
Di dunia bisnis modern, krisis etika telah menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan, baik yang besar maupun kecil. Dalam upaya untuk memaksimalkan keuntungan, banyak perusahaan yang terjebak dalam dilema antara mencapai laba sebesar- besarnya dan menjalankan tanggung jawab sosial yang lebih luas. Fenomena ini semakin mengemuka di tengah globalisasi yang mendorong persaingan bisnis semakin ketat, serta perkembangan teknologi yang mempercepat arus informasi dan memperbesar dampak dari keputusan bisnis.
Praktik bisnis yang tidak beretika sering kali terlihat dalam bentuk penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi pasar, penipuan finansial, eksploitasi tenaga kerja, atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan industri.
Namun, di tengah tekanan untuk meraih keuntungan, ada juga gerakan yang semakin kuat untuk mengingatkan perusahaan akan pentingnya etika bisnis, seperti Corporate Social Responsibility (CSR) dan prinsip keberlanjutan (sustainability). Di sini, perusahaan diharapkan tidak hanya fokus pada aspek finansial, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari operasional mereka.
Esai ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana perusahaan menghadapi krisis etika ini, serta mencari keseimbangan antara tujuan bisnis untuk memperoleh laba dan kewajiban mereka untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial. Dalam proses tersebut, penting untuk mempertimbangkan apakah bisnis dapat bertahan lama tanpa memegang teguh nilai-nilai etika, dan bagaimana konsumen serta masyarakat luas semakin menuntut transparansi dan tanggung jawab yang lebih besar dari pihak korporasi.
Keberadaan etika membantu manusia dalam setiap tindakan atau perbuatan yang akan dilakukannya, sebagai ukuran untuk mengukur tingkah laku baik tidaknya suatu organisasi atau perorangan. Menurut John Stuart Mill (1973) Baik buruknya tindakan berdasarkan hasil akhirnya. Tindakan yang dianggap etis adalah yang memberikan manfaat terbesar, bagi sebanyak mungkin sekitarnya. Dalam etika bisnis berarti keputusan harus memberikan keuntungan bagi perusahaan sekaligus memberikan dampak positif pada masyarakat. Etika yang baik memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, karena jika kita tidak memiliki Etika yang baik maka setiap praktik bisnis yang ada hanya akan memperhatikan keuntungan sebanyak - banyaknya atau materialistik tanpa memperhatikan aspek sosial. Dengan adanya etika profesi sebagai salah satu bahan ajar pada kurikulum pembelajaran, membantu lingkup akademik untuk mengimplementasikan etika dalam berbisnis yang baik dan mencakup segala aspek sosial lainnya, serta tidak menyimpang dari kehidupan kebudayaan dan spiritualitas.
Etika bisnis ada untuk membantu merumuskan dan mengimplementasikan prinsip prinsip dasar etika pada hubungan ekonomi dalam kegiatan bisnis antar berbagai pihak yang terhubung. Etika bisnis ini penting untuk menjalankan sebuah organisasi atau entitas (perusahaan), karena dengan adanya etika bisnis ini akan memastikan perusahaan agar selalu beroperasi sesuai dengan hukum yang berlaku, mempertahankan rasa hormat suatu organisasi atau perusahaan diantara para pelaku yang terhubung dengan kegiatan bisnis. Suatu organisasi atau perusahaan yang mengimplementasikan etika bisnis yang baik maka cenderung akan menghasilkan karyawan yang berkualitas, karena mereka memperlakukan karyawannya sesuai dengan standar etika, sehingga kinerja yang dihasilkan pun akan baik. Selain itu juga penerapan etika bisnis yang baik ini membantu organisasi atau perusahaan untuk membangun hubungan berkelanjutan (sustainability) pada pelanggan. Bisnis yang berpegang teguh atau memiliki penerapan etika bisnis yang baik akan memperoleh respect yang tinggi sehingga kualitas merek yang diperjualkan juga akan meningkat.
Namun justru saat ini banyak bisnis yang mulai tumbuh tanpa mendasari tujuan perusahaan dengan menerapkan etika bisnis yang baik.
Krisis pemahaman etika dalam praktik berbisnis saat ini mulai marak terjadi. Akibatnya perusahaan sering mendapati karyawannya sebagai whistleblower dan mengakibatkan perusahaan jatuh terkena gugatan pengadilan. Dalam hal ini pemimpin seharusnya menjadi orang pertama yang menerapkan adanya etika dalam setiap pengambilan keputusan yang tidak hanya mementingkan materialitas atau keuntungan yang maksimal dalam setiap operasinya. Banyak perusahaan yang tidak memiliki pengawasan internal dan kode etik yang kuat di tempat kerja. Kurangnya pengawasan internal dan kode etik yang jelas membuat karyawan, manajer, serta pemangku lainnya cenderung lebih mengabaikan nilai nilai moral demi keuntungan individu. Fenomena tersebut menyebabkan timbulnya budaya perusahaan yang permisif terhadap praktik tidak etis, seperti korupsi, suap, atau manipulasi data.
Faktor eksternal seperti, Tekanan pasar yang semakin kompetitif mendorong banyak perusahaan untuk mengejar laba dengan cra yang cepat dan tidak etis. Dalam dunia bisnis yang semakin global, perusahaan perusahaan merasa terdesak untuk mengikuti tren industri global daı kenijakan pesaing tenpa mempertimbangkan dampak sosial atau moral dari langkah langkah mereka. Persaingan ini seringkali menciptakan ddilema bagi pelaku bisnis unttuk mempertahankan standar etika atau mengikuti arus untuk bertahan dalam pasar. Beberapa negara atau wilayah yang tidak memiliki sistem regulasi yang cukup ketat untuk mengawasi pelaksanaan etika bisnis. Bahkan jika terdapat regulasi implementasinya sering kali lemah dan tidak konsisten. Hal tersebut menyebabkan perusaahaan merasa bebas untul mengambil mengambil jalan pintas tanpa mempertimbangkan konsekuensi hukum atau sosial.
Perusahaan perlu menyusun dan menerapkan kode etik yang jelas dan terperinci yang mencakup seluruh aspek operasional mereka. Kode etik ini harus mencakup prinsip-prinsip dasar tentang kejujuran, keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, perusahaan harus memastikan bahwa seluruh karyawan dan manajer di semua level dilatih untuk memahami dan mengimplementasikan kode etik ini dalam aktivitas sehari-hari. Integrasi prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) penting bagi prusahaan sebagai bagian integral dari strategi bisnis mereka. CSR yang efektif tidak hanya menguntungkan perusahaan secara finansial, tetapi juga membawa manfaat sosial dan lingkungan. Melalui CSR, perusahaan dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sekitar, meminimalisir dampak negatif operasional mereka, dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan dan pemangku kepentingan. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan konsumen, perusahaan harus berkomitmen pada transparansi dalam. Penerapan sistem akuntabilitas yang baik, seperti audit internal yang rutin, dapat membantu memastikan bahwa praktik bisnis yang dilakukan sudah sesuai dengan standar etika yang tinggi. Transparansi ini juga memberikan perlindungan terhadap potensi penyalahgunaan kekuasaan atau tindakan tidak etis dalam organisasi.
Pelatihan etika bisnis secara rutin untuk semua karyawan, dari level terendah hingga eksekutif juga termasuk langkah yang penting bagi perusahaan. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman tentang pentingnya integritas, dampak sosial dari keputusan bisnis, serta cara-cara untuk membuat keputusan yang etis dalam menghadapi tekanan pasar Kepemimpinan yang kuat dan contoh positif dari atasan juga memainkar. peran penting dalam menciptakan budaya etika di perusahaan. Pemerintah dan badan pengawas perlu menetapkan regulasi yang lebih ketat terkait praktik etika bisnis, serta memastikan bahwa hukum yang ada ditegakkan dengan konsisten. Perusahaan yang melanggar norma etika harus diberikan sanksi yang jelas dan tegas, sementara perusahaan yang mematuhi standar etika seharusnya diberi insentif. Penegakan hukum yang adil akan menciptakan pasar yang lebih sehat dan memotivasi perusahaan untuk bertindak secara lebih etis.
Menghadapi krisis etika dalam praktik bisnis memerlukan keseimbangan antara mengejar laba dan memenuhi tanggung jawab sosial. Perusahaan tidak dapat semata-mata berfokus pada keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampaknya pada masyarakat dan lingkungan. Sebaliknya, tanggung jawab sosial yang dijalankan secara efektif dapat menjadi fondasi untuk keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
Melalui penerapan prinsip-prinsip etika bisnis seperti Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan dapat menciptakan nilai yang tidak hanya menguntungkan pemegang saham, tetapi juga semua pihak yang terlibat. Dalam era globalisasi yang semakin transparan, masyarakat menuntut integritas dan akuntabilitas dari setiap entitas bisnis. Oleh karena itu, mengintegrasikan etika ke dalam strategi bisnis bukanlah sekadar kewajiban moral, tetapi juga strategi yang cerdas untuk menghadapi tantangan ekonomi, sosial, dan lingkungan di masa depan.
Dengan demikian, bisnis yang sukses adalah bisnis yang mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan komitmen terhadap tanggung jawab sosial, menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari operasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar